Bisnis Online Patut Dicoba

Mari kita berbisnis online untuk menunjang perekonomian kita bersama-sama, enak juga lho bisnis online. Silahkan mencoba segera,,,,

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

4.24.2009

Cinta, pengikis generasi muda !

Cinta adalah kefitrahan setiap ummat manusia dan juga amanat yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada kita yang harus kita emban, jaga jangan sampai ternodai oleh kotoran-kotoran keji. Semua ini dapat dihapuskan dari dalam haqiqat keinsanan, karena keberadaannya terlahir dari dalam hati kecil yang paling dalam dengan tanpa ada yang memerintah juga melarang kecuali hanya Allah semata. Terutama sosok teenagers akhir-akhir ini yang telah berbaur dengan yang namanya “cinta” dan kemungkinan besar takkan terlepas dari keadaan itu semua.
Banyak teenagers ...telah mengatas namakan cinta dari segala perbuatan-perbuatan yang salah dan juga keluar dari batasan-batasan hokum dalam agama. Oleh karenanya kebanyakan ahli agama (Ulama`, Kyai, dkk) melarang tentang adanya hubungan cinta diantara teenagers masa kini. Dalam haqiqatnya agama islam sama sekali tidak
melarang adanya rasa cinta karena memang tak bisa dihindari dari dalam diri setiap insan, tetapi yang menjadi larangan dalam hukum agama adalah cara-cara yang dipergunakan anak muda yang tanpa sadar telah melenceng dari hokum-hukum islam.
Dengan dasar itulah sehingga agama islam melarang yang namanya cinta dengan istilah “pacaran” yang telah terjadi dikalangan muda-mudi. Banyak sekali dampak negative yang ditimbulkan dari adanya hubungan antara muda-mudi diantaranya adalah:
1. Kalau masih dalam kalangan pelajar
a. Menjadikan kita selalu tidak berkonsentrasi dalam pelajaran
b. Membuat para pemudi selalu ingin berbuat maksiat
c. Terkikisnya budi pekerti (ahlak) para pelajar
d. Menimbulkan ketidak baikan diantara keduanya
e. Menjadikan kanker (kantong kering)
f. Menjadikan malas belajar
g. Seringnya berkhayal yang tidak-tidak
h. DSB (Dan Saya Bingung)
2. Kalau sudah dalam kalangan masyarakat
a. Menjadikan fitnah kemana-mana
b. Menimbulkan perbuatan yang tidak senonoh
c. Mngikis moral pemuda pemudi
d. Hilangnya rasa budi pekerti
e. Menjadikan kanker juga
f. Menjadi pemalas
g. DLL (Di Lalikno Loro)

Dari banyak dampak yang ditimbulkan dapat dijadikan satu yaitu “TIDAK TERCETUSNYA PENERUS BANGSA WELL”, sehingga gimana nantinya masa depan dari Negara kita yang dari dulunya telah diperjuangan dengan susah payahnya para pahlawan kita, tetapi apa balasan kita. Kita hanya merasakan enaknya saja dan malahan menghancurkan yang asalnya sejahtera dan dinamis menjadi seperti gimana ini???? Yang pasti “so messy” (Koca Kaco), karena tidak pemuda yang siap untuk menerukan dan memimpin Negara mereka sendiri. YYYYYUUUUPPPPP….inilah dampak yang paling besar diantara dampak-dampak yang besar lainnya terhadap generasi muda mudi kita yang telah mengkonsumsi cinta dengan jalannya dan cara yang salah kaprah (melenceng) dari khitoh-khitoh hokum agama yang telah berlaku sampai saat ini.

4.14.2009

Kamu Infaq, Allah Ganti !

CINTA TUKANG NASI UDUK

“cintailah semua yang ada di bumi, niscaya semua yang ada di langit akan mencintaimu” (Hadist Riwayat Al Bukhari).

Saat itu 10 Januari tahun 2002. Rumah kecil nan sederhana tanpa halaman seolah tak sanggup lagi menampung para pelayat yang terus berdatangan sejak siang. Lintas usia, lintas tempat dan lintas profesi mereka silih berganti berdatangan. Mulai anak anak, pemuda , orang tua sampai yang lanjut usia dari berbagai kampung dan latar belakang pekerjaan terus berdatangan dengan maksud bertakziah menghormati jenazah orang yang mereka cintai. Tepat jam 14.30 setelah jenazah dimandikan dan selesai dikafani, orang orang berebut ingin mengusung pasaran (keranda/alat untuk membawa jenazah) ke mushola terdekat. Demikian pula prosesi shalat jenazah. Karena terlalu banyaknya massa yang ingin shalat jenazah, akhirnya diatur sampai tiga puluh shift lebih shalat berjamaah yang dilakukan secara bergantian. Baru kali ini mushala sederhana di kampung yang dikesankan kumuh itu menampung dan melayani banyaknya jemaah. Gema takbir dan tahlil menggema, bergemuruh memecah suasana kampung yang biasanya sepi dan menyeruak menggetarkan perasaan siapapun yang datang dalam prosesi itu.

Siapakah gerangan yang wafat itu? Pejabat tinggikah? Atau orang kaya yang populer dan banyak pengikut? Ataukah ulama besar? Ternyata bukan. Dia adalah Pak Marzuki, warga biasa, tukang nasi uduk. Orang orang di kampung itu biasa memanggilnya dengan panggilan pak Ajuk atau Bah Ajuk. Tiap pagi sampai jam sembilan dia mangkal jualan nasi uduk di samping pos ronda melayani masyarakat kampung itu yang kebanyakan kaum tidak berpunya (dhuafa) atau siapapun yang ingin sarapan pagi secara murah tapi menyehatkan. Murah? Ya, saat itu ketika terjadi krisis finansial yang luar biasa dahsyat, dimana harga harga makanan dan kebutuhan pokok lainnya melambung tinggi, pak Ajuk justru menjual paket nasi uduknya seharga seribu lima ratus rupiah per porsi. Paket satu porsi itu berisikan satu bungkus nasi uduk yang sudah dibumbui dan dilengkapi goreng bawang dan irisan telur goreng serta kuah sambal, ditambah dua buah tempe goreng bertepung dan tiga tusuk cungkring (sejenis sate terbuat dari kulit sapi atau kerbau) kalau senang dengan kerupuk pak Ajuk menawarkan kerupuk yang sudah dibungkus plastik sebagai bonus tambahan.

Cukup untuk mengenyangkan perut. Mungkin karena murah dan bersih itulah setiap pagi hampir semua keluarga di kampung itu dan sekitarnya beramai ramai antri membeli nasi uduk pak Ajuk. Setiap hari pak Ajuk jadi andalan sarapan isi perut mereka yang hidup pas pasan. Dua puluh kilo gram beras setiap harinya pak Ajuk cadangkan untuk mereka. Mengapa pak Ajuk hanya menjual senilai Rp 1.500,- seporsi, padahal bila dihitung modalnya saja per porsi bisa seharga Rp 5.000,- bahkan lebih. Mari kita hitung. Cungkringnya saja bila dihitung berdasarkan standart harga bahannya saat itu bisa senilai lima ratus sampai tujuh ratus rupiah per tusuk ( di tempat lain memang dijual seribu rupiah per tusuk), kemudian tempe goreng bisa lima ratus rupiah per buah. Jadi untuk tiga tusuk cungkring dan dua buah tempe goreng saja modalnya sudah Rp 2.500,- belum lagi nasi uduk dan irisan telur serta kerupuk goreng yang dikemas plastik. Mengapa Pak Ajuk menjualnya dengan harga sangat- sangat murah? Itulah pertanyaan yang senantiasa muncul dibenak masyarakat saat itu, dan sampai akhir hayatnya pak Ajuk tidak pernah sekalipun menjawab dan menjelaskannya kepada para pembelinya. Akhirnya orang orang juga tidak pernah pusing lagi memikirkannya. Mungkin bagi mereka pertanyaan tadi tidak penting, yang penting perut mereka terjamin setiap pagi oleh olahan tangan dan kebaikan pak Ajuk. “Dari pada nanyain dan penasaran karena tidak pernah dijawab, mendingan kita syukurin aja dan kita doakan semoga pak Ajuk sehat terus dan tetap menjual nasi uduknya seharga itu” demikian kata pak RT yang berfrofesi sebagai tukang sol sepatu, meredam kepenasaranan warganya.


Pak Ajuk dicintai masyarakat sekitarnya bukan hanya karena nasi uduknya saja, tapi justru dari praktek hidup kesehariannya yang bersahaja dan berwatak mulia. Tangan dan kakinya ringan dalam memberi dan menolong. Bicaranya tidak banyak, tapi lembut, halus , menyenangkan dan menentramkan. Pandangan matanya teduh dan menyejukan, pembawaannya kalem dan mendamaikan. Kemuliaan hidupnya lebih banyak terpancar dari bahasa tubuhnya ( non verbal) dari pada bahasa verbalnya. Dia pendiam dan tidak akhli berpidato atau berceramah. Bila ada yang sakit atau tertimpa musibah, tanpa dimintapun Pak Ajuk memberi pertolongan secara total dan ikhlas. Dia mencintai masyarakat sekitarnya dengan cinta yang tulus. Kecintaannya kepada sesama apalagi yang dhuafa, mengalahkan segalanya termasuk kepentingan pribadi dan keluarganya.

Aktifitas kesehariannya dimulai sejak waktu shubuh, dia mengimami shalat subuh di mushala dekat rumahnya. Sementara istrinya menyiapkan jualan nasi uduk, pak Marzuki membimbing ngaji kitab kuning bagi warga sekitarnya, khususnya anak muda sampai jam setengah enam pagi. Jam enam sampai sembilan pagi dia melayani masyarakat dengan nasi uduknya. Jam sepuluhan dia ke pasar jualan pepaya. Cara jualan pepayanya pun penuh nuansa kemanusiaan. Dia kumpulkan pepaya dari para petani disekitar kampungnya dengan harga di atas harga pengepul lain, dia jajakan di kaki lima ke pembeli setianya atau dia drop ke kios buah langganannya di pasar itu. Anehnya setiap hari dagangannya selalu habis sebelum wakitu shalat ashar. “Pepaya pak Ajuk rasanya lain, selalu manis dan segar”, demikian komentar para pelanggannya. Dia shalat dhuhur di masjid pasar dan kadang kadang menjadi imam, kemudian dia teruskan berjualan sampai menjelang asar. Selepas shalat asar di mushalanya dia lanjutkan dengan mengajar Alquran bagi anak anak . Habis magrib dia membimbing para orang tua belajar baca alquran sampai isya. Demikian aktifitas rutin kesehariannya. Tempat sosialisasinya adalah rumah , mushala/mesjid dan pasar.

Orang orang di pasar menjuluki pak Marzuki sebagai orang sholeh dan dermawan. Sebagai pedagang kaki lima tentu tidak besar omset dan keuntungan dagangnya, tapi anehnya bila musibah menimpa sesama teman dagangnya, dialah yang paling pertama datang dan memberikan bantuannya. Anak anak pedagang yang terancam putus sekolah karena kesulitan biaya, dia jamin dan dijadikan anak asuhnya. Total anak asuhnya saja saat dia meninggal tidak kurang dari tiga puluh orang. Mereka adalah anak anak usia sekolah dasar dari kampung dan sekitarnya serta anak pedagang di pasar tempat dia jualan. Dia jamin biaya sekolahnya mulai SPP sampai biaya alat tulis. Pak Marzuki senantiasa menekankan kepada para orang tua anak tersebut bahwa mereka harus tamat SD. Dimata pedagang lainnya pak Marzuki adalah jaminan sekaligus teladan hidup. Dia tidak pernah menceramahi atau mengajari orang di pasar dengan mulutnya, dia mengajari dengan prilakunya yang Islami.


Saat itu banyak orang takjub sekaligus heran dengan pak Marzuki. Dari mana biaya sekolah anak anak asuhnya yang setiap tahun terus bertambah? Dia memang tidak dikaruniai seorang anakpun, tapi kecintaannya kepada anak anak asuhnya menyempurnakan jiwa asuhnya terhadap anak. Tidak hanya biaya sekolah, bila mereka sakit, pak marzuki mengobati dan menanggung biaya pengobatannya. Jadi dari mana uang pak Marzuki ? Selalu saja pertanyaan itu muncul di benak semua orang kecuali Uak saya, tetangga sekaligus sahabat dan teman dekatnya sejak remaja.

Selepas shalat shubuh tiga hari setelah wafatnya Bah Ajuk, Uak mengajak saya... berkumpul dengan kelima anaknya untuk berdiskusi. Katanya ada hal yang penting untuk dibicarakan. Setelah semuanya berkumpul, Uak memulai pembicaraan dengan suara berat tetapi... tetap berwibawa. “Saya akan membicarakan kebaikan orang yang sudah wafat tiga hari yang lalu (maksudnya Bah Ajuk), karena tidak berdosa membicarakan kebaikan orang yang sudah meninggal”. Ua sedikit berargumen. Setelah menghirup teh yang terhidang, Ua kemudian melanjutkan perkataannya , “Marzuki teman saya sejak muda. Sama sama anak petani, sama sama dari desa, sama sama tidak tamat sekolah SLTA dan ngaji dipesantren yang sama. Marzuki adalah sosok yang dihadirkan Allah swt ke tengah kehidupan kita, yang memberi pesan bahwa untuk menjadi manusia mulia dan dermawan tidak harus kaya, berkedudukan dan berjabatan tinggi. Marzuki adalah manusia bergolongan orang biasa saja, pedagang pepaya dan tukang nasi uduk. Tapi akhlaknya luar biasa. Terlalu jauh rentang masanya untuk melihat potret Rasulullah dan para sahabat yang telah hidup dengan akhlak islami yang mulia. Seperti apa keagungan mereka di masa itu tentu sangat luar biasa, sehingga tatanan masyarakat saat itu menjadi kuat, berkah dan madani justru karena setiap individu hidup dengan prilaku islami. Marzuki adalah contoh manusia yang sezaman dan seruang dengan kita yang mampu mengaktualkan ajaran Rasulnya. Marzuki bukan nabi atau wali. Dia seorang muslim biasa yang selalu mendasari setiap nafas hudupnya dengan nilai nlai luhur seperti digariskan Al Quran dan sunah Rasul. Dia dicintai banyak orang bukan karena materi atau popularitasnya. Dia dicintai justru karena dia mencintai setiap orang dengan cintanya yang tulus. Dia senang dan bahagia melihat orang lain senang dan bahagia. Hatinya bersih dari sifat iri, dengki, riya dan sombong . Sesuatu yang mudah diucapkan tapi sulit untuk dilakukan.” Ucapan Uak agak tersendat , mungkin agak berat membicarakan semua kebaikannya. Ketika disampaikan pertanyaan banyak orang tentang rumus dagang nasi uduknya yang menurut logika orang banyak pasti rugi setiap hari, tapi tidak pernah bangkrut bangkrut, Uak kembali menegakan posisi duduknya, kembali bersemangat. “Tentang nasi uduk yang jadi buah bibir. Banyak orang mengira dan menduga yang bukan bukan. Astagfirullah Al a’dziim ada yang mengira Marzuki dapat dana cendana, ada juga yang menyebut Marzuki melihara jin dan tuyul. Tidak. Marzuki menggunakan kekuatannya sendiri. Dia pakai tenaga sendiri dan istrinya, uang untuk modalnyapun uangnya sendiri. Dia tidak pernah berutang kepada siapapun. Saya pernah mendesak padanya untuk menjelaskan bagaimana dia mengelola semuanya ini. Dia selalu menjawab biarlah ini menjadi rahasia dirinya beserta istrinya saja. Tetapi setelah berkali kali didesak, dia baru mau menjelaskan asal berjanji untuk tidak menceritakannya kembali kepada siapapun selama dia masih hidup. Sekarang dia sudah wafat dan saya akan menceritakannya untuk kalian dengar dan kalian teladani”.


Uak adalah tokoh di daerah situ. Berdua dengan bah Ajuk konon pernah memadamkan api tanpa bantuan alat moderen yang melahap perkampungan itu dengan cara mereka, sehingga si jago merah tidak meluas dan tidak menelan korban jiwa. Padam begitu saja. Bila bah Ajuk dikenal sebagai orang soleh dan sangat alim, Uak lebih dikesankan sebagai orang sakti yang memiliki ilmu kanuragan. Ceritanya pertengahan tahun 70 an ada kerbau ngamuk masuk kampung dengan membabi buta menubruk apapun yang ditemuainya hingga jatuh banyak korban. Uak berhasil meringkusnya tanpa bantuan siapapun. Sendirian saja! . Kemudian awal tahun 90 an ada tiga orang preman jagoan (masyarakat menyebutnya dengan istilah ucing gering) dari kampung sebelah ngamuk karena mabuk mengacung ngacungkan senjata tajam menantang semua orang dan meresahkan warga. Uak melumpuhkan mereka dalam hitungan detik saja. Sekali gebrak ketiga tiganya tidak berkutik, konon yang seorang bahkan terlempar sejauh 100 meter. Sekarang Uak yang terkenal gagah terlihat meneteskan air mata mengenang sosok bah Ajuk.”Modal jualan nasi uduk Marzuki bukan dari cendana ataupun dari mana mana, itu adalah uang tabungan dia dan istrinya yang dikumpulkan selama lima belas tahun sejak dia jualan pepaya. Mereka menabung uang itu untuk naik haji. Bayangkan selama lima belas tahun dia nabung. Selama lima belas tahun pula dia tawakal dengan niat yang bulat untuk berhaji dengan hasil keringatnya sendiri. Setelah merasa cukup uang tabungan itu dan dia sudah daftar serta mendapat porsi untuk berangkat haji, tiba tiba krisis moneter melanda negeri ini. Banyak orang di kampung ini jadi makin miskin. Bahkan ada yang terpaksa berpuasa berhari hari karena tidak mampu membeli makanan. Jangankan memikirkan lauk pauknya, untuk beli berasnyapun banyak yang tak sanggup!. Marzuki tidak tega melihat kondisi itu, jiwa mulianya menolak berangkat haji . Akhirnya tabungannya dia jadikan modal untuk memberi makan kepada saudara –saudaranya. Setiap hari dia merugi dan mensubsidi dagangannya tidak kurang dari tiga ratus ribu rupiah. Dia tidak merasa sedang berjualan dengan manusia, dia sangat kuat aqidahnya. Dia berdagang dengan Allah swt. Dan dia yakin pasti tidak akan rugi. Dan anehnya sampai tutup usianya, tabungannya ternyata masih bersaldo besar, cukup untuk naik haji berdua. Sekarang istrinya masih memegang buku tabungannya yang diwasiatkan untuk digunakan untuk berhaji tahun ini juga dengan saya orang yang dipercayainya . Makanya saya kumpulkan kalian untuk mensyukuri semua ini sekaligus mendo’akan semoga saya bisa menunaikan amanah almarhum sahabat saya Marzuki”. Kemudian Uak memimpin do’a .

Selepas berdo’a saya memaksakan diri bertanya pada Uak tentang darimana tabungan Bah Ajuk yang jumlahnya tidak berkurang bahkan bertambah meskipun digunakan untuk memberi makan banyak orang selama bertahun tahun. Uak menjawab sambil menatap tajam ke arahku.”Kamu harus baca dan yakini firmanNya dalam Alqur’an surat As Saba ayat 39 . ‘apapun yang kamu belanjakan (infakkan) di jalan Allah, Allah pasti menggantinya’. Itulah inti beragama; diyakini dan diaktualkan dalam perilakumu secara benar dan ikhlas”.

Dikutip dari:
http://islamarket.wordpress.com/2009/03/22/kamu-infaq-alloh-ganti/

4.13.2009

Perkembangan Islam di Eropa

Islam - Iman-Takwa-Hati

Selama 20 tahun terakhir, jumlah kaum Muslim di dunia telah meningkat secara perlahan. Angka statistik tahun 1973 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Muslim dunia adalah 500 juta; sekarang, angka ini telah mencapai 1,5 miliar. Kini, setiap empat orang salah satunya adalah Muslim. Bukanlah mustahil bahwa jumlah penduduk Muslim akan terus bertambah dan Islam akan menjadi agama terbesar di dunia. Peningkatan yang terus-menerus ini bukan hanya dikarenakan jumlah penduduk yang terus bertambah di negara-negara Muslim, tapi juga jumlah orang-orang mualaf yang baru memeluk Islam yang terus meningkat, suatu fenomena yang menonjol, terutama setelah serangan terhadap World Trade Center pada tanggal 11 September 2001.
Serangan ini, yang dikutuk oleh setiap orang, terutama umat Muslim, tiba-tiba saja telah mengarahkan perhatian orang (khususnya warga Amerika) kepada Islam. Orang di Barat berbicara banyak tentang agama macam apakah Islam itu, apa yang dikatakan Al Qur’an, kewajiban apakah yang harus dilaksanakan sebagai seorang Muslim, dan bagaimana kaum Muslim dituntut melaksanakan urusan dalam kehidupannya. Ketertarikan ini secara alamiah telah mendorong peningkatan jumlah warga dunia yang berpaling kepada Islam. Demikianlah, perkiraan yang umum terdengar pasca peristiwa 11 September 2001 bahwa “serangan ini akan mengubah alur sejarah dunia”, dalam beberapa hal, telah mulai nampak kebenarannya. Proses kembali kepada nilai-nilai agama dan spiritual, yang dialami dunia sejak lama, telah menjadi keberpalingan kepada Islam. Hal luar biasa yang sesungguhnya sedang terjadi dapat diamati ketika kita mempelajari perkembangan tentang kecenderungan ini, yang mulai kita ketahui melalui surat-surat kabar maupun berita-berita di televisi.
Perkembangan ini, yang umumnya dilaporkan sekedar sebagai sebuah bagian dari pokok bahasan hari itu, sebenarnya adalah petunjuk sangat penting bahwa nilai-nilai ajaran Islam telah mulai tersebar sangat pesat di seantero dunia. Di belahan dunia Islam lainnya, Islam berada pada titik perkembangan pesat di Eropa. Perkembangan ini telah menarik perhatian yang lebih besar di tahun-tahun belakangan, sebagaimana ditunjukkan oleh banyak tesis, laporan, dan tulisan seputar “kedudukan kaum Muslim di Eropa” dan “dialog antara masyarakat Eropa dan umat Muslim.” Beriringan dengan berbagai laporan akademis ini, media massa telah sering menyiarkan berita tentang Islam dan Muslim. Penyebab ketertarikan ini adalah perkembangan yang terus-menerus mengenai angka populasi Muslim di Eropa, dan peningkatan ini tidak dapat dianggap hanya disebabkan oleh imigrasi.
Meskipun imigrasi dipastikan memberi pengaruh nyata pada pertumbuhan populasi umat Islam, namun banyak peneliti mengungkapkan bahwa permasalahan ini dikarenakan sebab lain: angka perpindahan agama yang tinggi. Suatu kisah yang ditayangkan NTV News pada tanggal 20 Juni 2004 dengan judul “Islam adalah agama yang berkembang paling pesat di Eropa” membahas laporan yang dikeluarkan oleh badan intelejen domestik Prancis. Laporan tersebut menyatakan bahwa jumlah orang mualaf yang memeluk Islam di negara-negara Barat semakin terus bertambah, terutama pasca peristiwa serangan 11 September. Misalnya, jumlah orang mualaf yang memeluk Islam di Prancis meningkat sebanyak 30 hingga 40 ribu di tahun lalu saja. Gereja Katolik dan Perkembangan Islam Gereja Katolik Roma, yang berpusat di kota Vatican, adalah salah satu lembaga yang mengikuti fenomena tentang kecenderungan perpindahan agama. Salah satu pokok bahasan dalam pertemuan bulan Oktober 1999 muktamar gereja Eropa, yang dihadiri oleh hampir seluruh pendeta Katolik, adalah kedudukan Gereja di milenium baru. Tema utama konferensi tersebut adalah tentang pertumbuhan pesat agama Islam di Eropa. The National Catholic Reporter melaporkan sejumlah orang garis keras menyatakan bahwa satu-satunya cara mencegah kaum Muslim mendapatkan kekuatan di Eropa adalah dengan berhenti bertoleransi terhadap Islam dan umat Islam; kalangan lain yang lebih objektif dan rasional menekankan kenyataan bahwa oleh karena kedua agama percaya pada satu Tuhan, sepatutnya tidak ada celah bagi perselisihan ataupun persengketaan di antara keduanya. Dalam satu sesi, Uskup Besar Karl Lehmann dari Jerman menegaskan bahwa terdapat lebih banyak kemajemukan internal dalam Islam daripada yang diketahui oleh banyak umat Nasrani, dan pernyataan-pernyataan radikal seputar Islam sesungguhnya tidak memiliki dasar.
(1) Mempertimbangkan kedudukan kaum Muslim di saat menjelaskan kedudukan Gereja di milenium baru sangatlah tepat, mengingat pendataan tahun 1999 oleh PBB menunjukkan bahwa antara tahun 1989 dan 1998, jumlah penduduk Muslim Eropa meningkat lebih dari 100 persen. Dilaporkan bahwa terdapat sekitar 13 juta umat Muslim tinggal di Eropa saat ini: 3,2 juta di Jerman, 2 juta di Inggris, 4-5 juta di Prancis, dan selebihnya tersebar di bagian Eropa lainnya, terutama di Balkan. Angka ini mewakili lebih dari 2% dari keseluruhan jumlah penduduk Eropa.
(2) Kesadaran Beragama di Kalangan Muslim Meningkat di Eropa Penelitian terkait juga mengungkap bahwa seiring dengan terus meningkatnya jumlah Muslim di Eropa, terdapat kesadaran yang semakin besar dalam menjalankan agama di kalangan para mahasiswa. Menurut survei yang dilakukan oleh surat kabar Prancis Le Monde di bulan Oktober 2001, dibandingkan data yang dikumpulkan di tahun 1994, banyak kaum Muslims terus melaksanakan sholat, pergi ke mesjid, dan berpuasa. Kesadaran ini terlihat lebih menonjol di kalangan mahasiswa universitas.
(3) Dalam sebuah laporan yang didasarkan pada media masa asing di tahun 1999, majalah Turki Aktüel menyatakan, para peneliti Barat memperkirakan dalam 50 tahun ke depan Eropa akan menjadi salah satu pusat utama perkembangan Islam. Islam adalah Bagian Tak Terpisahkan dari Eropa Bersamaan dengan kajian sosiologis dan demografis ini, kita juga tidak boleh melupakan bahwa Eropa tidak bersentuhan dengan Islam hanya baru-baru ini saja, akan tetapi Islam sesungguhnya merupakan bagian tak terpisahkan dari Eropa. Eropa dan dunia Islam telah saling berhubungan dekat selama berabad-abad. Pertama, negara Andalusia (756-1492) di Semenanjung Iberia, dan kemudian selama masa Perang Salib (1095-1291), serta penguasaan wilayah Balkan oleh kekhalifahan Utsmaniyyah (1389) memungkinkan terjadinya hubungan timbal balik antara kedua masyarakat itu. Kini banyak pakar sejarah dan sosiologi menegaskan bahwa Islam adalah pemicu utama perpindahan Eropa dari gelapnya Abad Pertengahan menuju terang-benderangnya Masa Renaisans.
Di masa ketika Eropa terbelakang di bidang kedokteran, astronomi, matematika, dan di banyak bidang lain, kaum Muslim memiliki perbendaharaan ilmu pengetahuan yang sangat luas dan kemampuan hebat dalam membangun. Bersatu pada Pijakan Bersama: “Monoteisme” Perkembangan Islam juga tercerminkan dalam perkembangan dialog antar-agama baru-baru ini. Dialog-dialog ini berawal dengan pernyataan bahwa tiga agama monoteisme (Islam, Yahudi, dan Nasrani) memiliki pijakan awal yang sama dan dapat bertemu pada satu titik yang sama. Dialog-dialog seperti ini telah sangat berhasil dan membuahkan kedekatan hubungan yang penting, khususnya antara umat Nasrani dan Muslim. Dalam Al Qur’an, Allah memberitahukan kepada kita bahwa kaum Muslim mengajak kaum Ahli Kitab (Nasrani dan Yahudi) untuk bersatu pada satu pijakan yang disepakati bersama: Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” (QS. Ali ‘Imran, 3: 64) Ketiga agama yang meyakini satu Tuhan tersebut memiliki keyakinan yang sama dan nilai-nilai moral yang sama.
Percaya pada keberadaan dan keesaan Tuhan, malaikat, Nabi, Hari Akhir, Surga dan Neraka, adalah ajaran pokok keimanan mereka. Di samping itu,... pengorbanan diri, kerendahan hati, cinta, berlapang dada, sikap menghormati, kasih sayang, kejujuran, menghindar dari berbuat zalim dan tidak adil, serta berperilaku mengikuti suara hati nurani semuanya adalah sifat-sifat akhak terpuji yang disepakati bersama. Jadi, karena ketiga agama ini berada pada pijakan yang sama, mereka wajib bekerja sama untuk menghapuskan permusuhan, peperangan, dan penderitaan yang diakibatkan oleh ideologi-ideologi antiagama.
Ketika dilihat dari sudut pandang ini, dialog antar-agama memegang peran yang jauh lebih penting. Sejumlah seminar dan konferensi yang mempertemukan para wakil dari agama-agama ini, serta pesan perdamaian dan persaudaraan yang dihasilkannya, terus berlanjut secara berkala sejak pertengahan tahun 1990-an. Kabar Gembira tentang Datangnya Zaman Keemasan Dengan mempertimbangkan semua fakta yang ada, terungkap bahwa terdapat suatu pergerakan kuat menuju Islam di banyak negara, dan Islam semakin menjadi pokok bahasan terpenting bagi dunia.
Perkembangan ini menunjukkan bahwa dunia sedang bergerak menuju zaman yang sama sekali baru. Yaitu sebuah zaman yang di dalamnya, insya Allah, Islam akan memperoleh kedudukan penting dan ajaran akhlak Al Qur’an akan tersebar luas. Penting untuk dipahami, perkembangan yang sangat penting ini telah dikabarkan dalam Al Qur’an 14 abad yang lalu: Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai. (QS. At Taubah, 9: 32-33) Tersebarnya akhlak Islami adalah salah satu janji Allah kepada orang-orang yang beriman. Selain ayat-ayat ini, banyak hadits Nabi kita SAW menegaskan bahwa ajaran akhlak Al Qur’an akan meliputi dunia. Di masa-masa akhir menjelang berakhirnya dunia, umat manusia akan mengalami sebuah masa di mana kezaliman, ketidakadilan, kepalsuan, kecurangan, peperangan, permusuhan, persengketaan, dan kebobrokan akhlak merajalela.
Kemudian akan datang Zaman Keemasan, di mana tuntunan akhlak ini mulai tersebar luas di kalangan manusia bagaikan naiknya gelombang air laut pasang dan pada akhirnya meliputi seluruh dunia. Sejumlah hadits ini, juga ulasan para ulama mengenai hadits tersebut, dipaparkan sebagaimana berikut: Selama [masa] ini, umatku akan menjalani kehidupan yang berkecukupan dan terbebas dari rasa was-was yang mereka belum pernah mengalami hal seperti itu. [Tanah] akan mengeluarkan panennya dan tidak akan menahan apa pun dan kekayaan di masa itu akan berlimpah. (Sunan Ibnu Majah)
Penghuni langit dan bumi akan ridha. Bumi akan mengeluarkan semua yang tumbuh, dan langit akan menumpahkan hujan dalam jumlah berlimpah. Disebabkan seluruh kebaikan yang akan Allah curahkan kepada penduduk bumi, orang-orang yang masih hidup berharap bahwa mereka yang telah meninggal dunia dapat hidup kembali. (Muhkhtasar Tazkirah Qurtubi, h. 437) Bumi akan berubah seperti penampan perak yang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan … (Sunan Ibnu Majah)
Bumi akan diliputi oleh kesetaraan dan keadilan sebagaimana sebelumnya yang diliputi oleh penindasan dan kezaliman. (Abu Dawud) Keadilan akan demikian jaya sampai-sampai semua harta yang dirampas akan dikembalikan kepada pemiliknya; lebih jauh, sesuatu yang menjadi milik orang lain, sekalipun bila terselip di antara gigi-geligi seseorang, akan dikembalikan kepada pemiliknya… Keamanan meliputi seluruh Bumi dan bahkan segelintir perempuan bisa menunaikan haji tanpa diantar laki-laki. (Ibn Hajar al Haitsami: Al Qawlul Mukhtasar fi `Alamatul Mahdi al Muntazar, h. 23)
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, Zaman Keemasan akan merupakan suatu masa di mana keadilan, kemakmuran, keberlimpahan, kesejahteraan, rasa aman, perdamaian, dan persaudaraan akan menguasai kehidupan umat manusia, dan merupakan suatu zaman di mana manusia merasakan cinta, pengorbanan diri, lapang dada, kasih sayang, dan kesetiaan. Dalam hadits-haditsnya, Nabi kita SAW mengatakan bahwa masa yang diberkahi ini akan terjadi melalui perantara Imam Mahdi, yang akan datang di Akhir Zaman untuk menyelamatkan dunia dari kekacauan, ketidakadilan, dan kehancuran akhlak.
Ia akan memusnahkan paham-paham yang tidak mengenal Tuhan dan menghentikan kezaliman yang merajalela. Selain itu, ia akan menegakkan agama seperti di masa Nabi kita SAW, menjadikan tuntunan akhlak Al Qur’an meliputi umat manusia, dan menegakkan perdamaian dan menebarkan kesejahteraan di seluruh dunia. Kebangkitan Islam yang sedang dialami dunia saat ini, serta peran Turki di era baru merupakan tanda-tanda penting bahwa masa yang dikabarkan dalam Al Qur’an dan dalam hadits Nabi kita sangatlah dekat. Besar harapan kita bahwa Allah akan memperkenankan kita menyaksikan masa yang penuh berkah ini.
Dikutip dari: http://islamarket.wordpress.com/2009/03/22/perkembangan-islam-di-eropa/

Kemurnian Al Qur`an dan para Hafidz

Menjaga Kemurnian Alquran Tugas Segenap Umat

Menjaga Kemurnian Alquran Tugas Segenap Umat

Sebanyak 251 naskah Alquran kuno masih tersimpan. Upaya pemeliharaan juga melalui penghafalan dan penulisan kembali Alquran.

Pada masa kenabian, setiap tahun, Malaikat Jibril datang kepada Nabi Muhammad SAW. Dia lantas memeriksa bacaan Alquran dengan cara meminta Rasulullah mengulangi bacaan ayat-ayat yang telah diwahyukan sebelumnya.

Hal yang sama kemudian juga dilakukan oleh Rasulullah dengan mengontrol bacaan para sahabat. Demikianlah upaya yang dilakukan untuk menjaga serta memelihara kemurnian ayat-ayat Alquran, yang merupakan firman Allah SWT.

Dari hal tersebut, dapat dicermati, bahwa menjaga kemurnian Alquran amatlah ditekankan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Ini mengingat kemuliaan Alquran sebagai pedoman hidup bagi umat manusia untuk memperoleh kebahagiaan di dunia maupun akhirat.

Maka itulah, dari masa ke masa, upaya tersebut harus senantiasa terpelihara, baik dari kesalahan penulisan, terlebih dari kemungkinan ’sabotase’ oleh musuh-musuh umat Islam, berupa pengubahan huruf, makna ataupun penafsiran secara sengaja.

Keinginan untuk meneguhkan tekad dalam memelihara kemurnian Alquran, mengemuka pada Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Ulama Alquran yang diselenggarakan Departemen Agama (Depag) RI di Cisarua, Bogor, Jawa Barat, 23-25 Maret lalu. Tercatat sebanyak 97 ulama dan pakar ilmu Alquran mengikuti kegiatan ini.

Para peserta sepakat, bahwa kemurnian Alquran harus dijaga, baik tulisan Arab-nya maupun penafsirannya. Seperti dikatakan Kepala Litbang dan Diklat Departemen Agama Prof Dr H Atho Mudzhar, pemerintah (umara) dan umat Islam Indonesia telah menaruh perhatian besar terhadap upaya ini.

Hal itu dikonkretkan dengan pembentukan Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran, tim penerjemah Alquran serta penulisan tafsirnya. Tak ketinggalan adanya lembaga pendidikan dan pengajaran Alquran serta penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ).

Lebih lanjut diungkapkan, dari penelitian, kini terdapat sekitar 251 naskah Alquran kuno yang tersimpan, baik di museum-museum daerah maupun perorangan. Ini membuktikan bahwa Alquran akan tetap terpelihara, baik melalui hafalan para penghafal Alquran maupun penulisan kembali yang dilakukan secara terus menerus.

Sebenarnya, usaha menjaga berbagai kesalahan dan kekurangan dalam penulisan Alquran, sudah intensif diupayakan sejak tahun 1957. Kala itu, dibentuklah suatu lembaga semacam kepanitiaan untuk me-nashih setiap mushaf Alquran yang akan dicetak dan diedarkan ke masyarakat.

Lembaga ini bernama Lajnah Pentashihah Mushaf Alquran. Lantaran tugasnya semakin berat, sejak tahun 2007 lajnah lantas dinaikkan posisinya sebagai institusi sendiri dalam organisasi di lingkungan Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama.

Pada kesempatan sama, Menteri Agama Dr Muhammad Maftuh Basyuni menilai mukernas sangat penting dalam menjaring masukan dan saran dari para alim ulama dan pakar dalam menjaga kemurnian Alquran sekaligus pemasyarakatan Alquran. ”Khususnya dalam penyempurnaan tafsir Alquran yang dilakukan Depag,” tegas dia.

Menag menekankan, selain menjadi kewajiban umat Islam di seluruh dunia untuk... memelihara ayat Alquran, tugas berat juga diamanatkan kepada lembaga-lembaga dengan kompetensi yang di dalamnya ditetapkan para ahli di bidangnya baik dari segi tahfiz, rasm, tanda baca, tandawaqaf, qiraat, tajwid, terjamah, tafsir, dan ulumul Quran.

Mengawal pemahaman
Lebih lanjut Menag mengingatkan, titik krusial dalam teks keagamaan adalah pada penafsirannya, terutama yang terkait dengan pola hubungan antara lafal dan makna. Tidak jarang ditemukan pemahaman keagamaan yang begitu ketat dan literal, bahkan terkadang menyulitkan, namun tidak sedikit juga ditemukan pemahaman yang begitu longgar bahkan liberal.

”Oleh karena itu, tugas berat para ulama adalah mengawal pemahaman teks-teks keagamaan tersebut agar tetap benar dan baik, terhindar dari segala bentuk penyelewengan,” tandas Maftuh.

Terlalu berpegang pada lahir teks dan mengesampingkan maslahat atau maksud di balik teks, jelas Maftuh, bakal berakibat pada kesan syariat Islam tidak sejalan dengan perkembangan zaman dan jumud (kaku) dalam menyikapi persoalan.

”Sebaliknya, terlampau jauh menyelami makna batin akan berakibat pada upaya menggugurkan berbagai ketentuan syariat. Keduanya merupakan kesalahan dan penyelewengan yang tidak dapat ditolerir,” paparnya.

Di tengah masyarakat global yang plural seperti saat ini, menurut Menag, diperlukan sebuah metode yang menengahi keduanya. Yakni tetap mempertimbangkan perkembangan zaman dan maslahat manusia tanpa menggugurkan makna lahir teks.

Sementara Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Nangroe Aceh Darussalam –sederajat MUI (Majelis Ulama Indonesia) Prof Dr Muslim Ibrahim MA sependapat bahwa tugas ulama dan seluruh umat Islam untuk menjaga kemurnian ayat-ayat suci Alquran, baik dari segi penulisan, terjemah, pemahaman dan sebagainya.

”Kemurnian Alquran harus kita jaga, baik tulisan Arabnya maupun penafsirannya,” tegas dia.

Dikutip dari:
http://islamarket.wordpress.com/2009/04/12/kemurnian-alquran-dan-para-hafidz/

4.12.2009

REBANA

AL-FITROH GROUP

Rebana, alat perkusi yang halal untuk digunakan mulai dari zaman Nabi Muhammad SAW sampai dengan sekarang zaman modern. Dalam jarak yang jauh inilah alat perkusi mengalami perubahan-perubahan positive secara continuous dengan mencoba untuk menyesuaikan keadaan zaman, dengan kata lain sedang beradaptasi layaknya mahluk hidup.

R

ebana telah banyak digemari terutama dikalangan pesantren dan terlebih lagi didaerah Bangsri. Meskipun alat ini kalau dipandang sangat sederhana, tetapi disisi lain alat perkusi ini dapat menimbulkan efek ataupun dampak yang positive terhadap para pendengarnya.

Pondok Pesantren Hasyim Asy`ari, inilah salah satu dari banyak pesantren yang juga menggemarinya baru-baru ini. Hingga akhirnya di tahun 2008 yang tepatnya sebelum bulan Juli ini berhasil mendirikan group rebana dengan nama “REBANA AL-FITROH”, yang sebelumnya terdapat perbedaan pendapat untuk memberikan nama group rebana kita. Ada yang mengatakan diberi nama dengan “AL-AMIN” dan sebagainya. Tetapi akhirnya kita semua sepakat dengan mengambil nama “AL-FITROH”, mengapa seperti itu? Karena dipandang dari segi ma`nanya saja sudah kedengaran bagus, apalagi kalau dipandang dari segi ma`na secara leterleknya pasti tambah bagus lagi. Yang dalam kenyataannya Al-Fitroh dari segi ma`na leterlek mengandung ma`na “SUCI”. Secara tersurat kita mengambil nama ini karena kita menginginkan bahwasannya semoga saja kita selalu dalam keadaan suci dan selalu dijalan yang suci pula… Amien…

Dalam pembentukan group rebana ini dipelopori oleh beberapa orang yang diantaranya adalah termasuk dalam pemain sendiri dan juga dari penanggung jawab, yang kesemua itu adalah:

1. KH. Zainal Umam, Lc. [ Penanggung jawab + Pengasuh pondok ]

2. Robbi Zakariyya [ Pelatih rebana + Pembimbing]

3. Asma`ul Ma`ruf [ Mantan ketua pondok + Pembimbing ]

4. M.B.K. Adib [ Ketua pondok `08/`09 + Vocal ]

5. Muslim/Kuslim [ Pemegang ngawil formula + vocal ]

6. Jihan Ubaidillah [ Pemegang ngawil formula + vocal ]

7. Indar Sayuko [ Wakil ketua + Pemegang ngepolo formula ]

8. Ihsanuddin [ Sekretaris + Pemegang ngepolo formula ]

9. M. Ibnu Idris [ Kesehatan + Pemegang ngepolo formula ]

10. A. Rizal Irham [ Pemegang ngepolo formula ]

11. Dian Ahlul Karim [ Pemegang ngepolo formula ]

12. Abdul Khakim [ Pemegang ngepolo formula + Marawis formula ]

13. Nurul Faizin [ Pemegang ngawil formula + Ketipung formula ]

14. Eko Kurniawan [ Humas + Pemegang ngawil formula ]

15. Muhammad Misbah [ Pemegang ngawil formula + Gong formula ]

16. M. Ibnu Abbas [ Pemegang ngawil formula ]

17. Lutfi aminuddin [ Pemegang marawis formula ]

Pada awalnya kesemua ini tak mengenal yang namanya ngepolo,dkk. Akan tetapi pada akhirnya mereka semua mengenalnya, malahan mengenal sangat dekat sekali. Semuanya mengenal karena pengasuh pondok nge’ndikan bahwasanya putra harus bisa rebana dan menyaingi rebana putri. Kenapa seperti? Karena dulunya pondok putrilah yang lagi naik daun dalam bidang rebana, sampai-sampai pengasuh memuji putri dan menyuruh putra untuk berlatih rebana. Disamping semua itu alasan yang sedikit sangat menyemangati kita adalah seperti ini: “Mantan ketua pondok yang dulu (Nur Hasmaji) boleh menikah apabila pondok putra sudah bisa rebana dengan baik”, karena nantinya rebana itu akan melantun musik pada waktu pernikahan kang maji dilangsungkan.

Sebab dari pada adanya rebana Al-Fitroh adalah berkat adanya rebana group dari pihak putri. Oleh sebab itulah penanggung jawab menyuruh kepada pembimbing untuk mencarikan seorang pelatih rebana untuk melatih putra, hingga akhirnya pembimbing mengambil Mas Robbi sebagai pelatih pondok putra untuk memanfa`atkan alat perkusi tersebut dengan baik.

Setelah beberapa bulan kita dalam proses latihan akhirnya angan-angan dari pengasuh, juga kita terwujud yaitu bisa menggunakan alat perkusi dengan baik dan teratur. Dan... sampai pada hari ini group rebana kita sudah beberapa kali nge SHOW di berbagai acara lho… juga di berbagai daerah yang berada di kabupaten Jepara, diantaranya adalah:

- Bangsri, dalam acara Muwadda`ah kelas IX MTs. HA pada bulan Juli 2008

- Bangsri, dalam acara berjanjen di Masjid An-Nur Bangsri pada tahun 2008

- Lebak, dalam acara pernikahan Nur Hasmaji dengan Mba` Ida pada bulan September 2008

- Bangsri, dalam acara seminar tentang PLTN pada tahun 2008

- Bangsri, dalam acara syukuran haji KBIH Arafah pada bulan Desember 2008

- Bangsri, dalam acara Maulidan pada bulan Maret 2009 (2X)

- Bangsri, dalam acara Muwadda`ah TPQ Kartini RW 01 pada 22 Maret 2009

Beginilah kisah kasih dari pada perjalanan rebana “AL-FITROH GROUP” yang kami bangun, disamping begitu banyaknya keenakan dalam rebana kamipun ada beberapa problem yang ternyata muncul diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Sangat minimnya peralatan dalam rebana Al-Fitroh group, sampai-sampai harus meminjam alat perkusi ini kepada MTs. maupun MA.
  2. Sulitnya diajak latihan diantara para pemain-pemainnya.
  3. Terdapatnya sifat EGO dimasing-masing pemain.
  4. Ketidak begitu seriusan para pemain dalam mendalami beberapa formula dalam rebana.

Tetapi meskipun seperti itu Al-Fitroh group mempunyai sesuatu yang pantas diacungi jempol dan juga dibanggakan, yaitu:

1. Para pemain dalam rebana Al-Fitroh mayoritas masih dibawah umur 19 tahun, sampai-sampai ada yang masih berumur dibawah 14 tahun. (masih pantas bermain-mainkan…ah…ah…)

2. Begitu kreatifnya rebana Al-Fitroh player dalam mengolah dan juga mengotak-ngatik formula-formula dalam rebana. (gimana kreatif bukan?)

3. Mempunyai ke PD an yang sangat tinggi meskipun masih dalam usia dini.

4. Adanya rasa kekeluargaan diantara masing-masing para pemainnya.

Begitulah perjuangan yang telah kami lakukan demi mencapai juga menggapai apa yang terbaik untuk kita dan juga yang terbaik untuk para pengasuh, pelatih maupun para pembimbing kita. Meskipun sedikit banyak masih belum lancar dan bersih dalam memainkan alat perkusi ini kami dari group rebana Al-Fitroh sudah sedikit gembira akan adanya prestasi yang dapat kita gapai bersama-sama ini. Dengan begitu para santri maupun pelajar nantinya bisa tertarik dan mau mengikuti jejak kami juga dapat meneruskan akan adanya nama “AL-FITROH GROUP” yang secara susah payah kami bangun ini. Amien, YA RABBAL ALAMIEN…

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...