Bisnis Online Patut Dicoba

Mari kita berbisnis online untuk menunjang perekonomian kita bersama-sama, enak juga lho bisnis online. Silahkan mencoba segera,,,,

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

7.03.2009

Nggosop ! Daaa..

Sanni, itulah namanya, seseorang yang telah menghuni penjara suci sejak pertama sampai sekarang. Banyak orang memandang sebelah mata, karena segentong tahi lalat yang menempel dipucuk hidung.

Keberadaannya di pondok menjadikan lebih dewasa, pandai terlebih lagi mandiri. Meskipun banyak hal yang telah didapat, cuma sekelumit hal yang masih sangat menempel dibenak yaitu ketika ia mengidap penyakit kulit yang lama sekali sembuhnya juga saat aksesoris mungilnya tergosop.

Tiba-tiba Yaku seorang teman bergegap pergi dari pondok, “San, sandal kamu aku bawa dulu za…!”. Beberapa saat setelah sandal jepit kesayangan hilang, dia mencari-cari sampai kemana-mana. “Wah ! Sejatinya alas kakiku itu kemana to? Beberapa hari aku cari`in kok ga` kunjung ketemu”.

Termenung sejenak Sanni bergegas mengambil wudlu dan langsung mengerjakan sholat sunnah. “Allahu akbar…”, lafadznya ketika sedang dalam keadaan niat. Beberapa detik setelah sholat, lalu ia berdo`a, “…Ya Allah dimanakah haqiqat gerangan sandal jepitku itu ya Allah”.

Secara tak sadar, dari berbagai sudut ditertawakan oleh teman-teman sejawatnya. Dari sudut kiri, Santo yang tertawa dan berbisik, “weleh-weleh…! sandal jepit aja kok dipikirin, capek deh !”. Sedangkan dari sudut kulon, Sonta mringis dengan dua gigi sepertihalnya kecilin, upss…sorry-sorry kelinci maksudnya.

Meskipun kayak gitu, Sanni tak tergoda maupun ceak-ceok untuk menanggapi bisikan-bisikan yang datang dari berbagai sudut dengar. Tanpa banyak tingkah, Sannipun kandas dari tempat persembahyangan. Dengan hati sedikit grundel, Sanni dengan tergesa-gesa menjemput sabun, handuk dan peralatan mandi lainnya untuk menginjakkan kaki ditempat yang penuh dengan gemericik air dipojokkan rumah.

Tapi sayang, lagi-lagi onderdil yang satu ini ikut lenyap dibawa kabur oleh sang panjang tangan yang lincah lagi gesit. Termangunglah sejenak sambil mangguk-mangguk, “Oh…! kayak gini to, mentang-mentang punya dalil ulima ridlohu sudah berani menggosop banyak barang”.

Datang sahabat karibnya, Suwanto dari Timur ke Barat kemudian menyapa, “San, ngapain lho? nglamun mlulu`, entar ayamnya tetangga kamu pada modar lho…!”. Hati Sanni terhentak dan menjawab, “udah tahu nanyak?”. Dan dengan pancaran mata yang penuh kemarahan, tak sengaja ia tertuju pada sendal yang dipakai Suwanto.

Tak pandang bulu Sanni langsung menghampiri Suwanto dan berkata, “Su…, sandal siapa yang kau kenakan itu?”. “mangnya napa?, nikan sendal gue, yang dikasih teman aku”, ujar Suwanto sambil mencuwekkan diri.

*****

Keesokan harinya, Sanni menorehkan hitam diatas putih alias menempel kertas peringatan dipapan pengumuman. “Rantailah sendalmu atau bahkan carikan hansip buat penjaga sendal jepitmu”. Itulah benang merah yang telah menjerat dibenak.

Banyak orang bertanya-tanya dan khawatir akan kata-kata yang tertempel dipapan pengumuman tersebut. Akan tetapi semuanya berbalik suasana, awalnya khawatir malahan di pondok tersebut berkembang menjadi dosa beruntun terus menerus yaitu satu santri dengan santri yang lain saling nggosop-menggosop tanpa pandang.

Bersamaan dengan naiknya pancaran sinar matahari datang wali santri, tepatnya wali santri dari Ponaryo yang berkunjung ke pondok dengan maksud ngirimi buah hati beliau. Beberapa selang kemudian setelah sendal terlepas dari kaki wali santri, tiba-tiba seorang santri keluar dari pondok dan langsung menyikat sandal jepit dihadapannya. “Ndol, jangan dibawa ndol, itu senpit (sandal jepit)nya wali”, tutur ketua pondok, Kesono panggilan akrabnya.

Ternyata tanpa diduga-duga Sannilah yang menggosop sendal wali dari Ponaryo, akan tetapi ia tak merasa dan juga tak menghirau akan teguran pak lurah. “Salah siapa?, sudah beberapa hari ini sendal jepit I tak nongol-nongol batang hidungnya”, ujar Sanni sambil melangkahkan kakinya.

Terik matahari mulai berkumandang wali santripun pulang dan kembali ke kediaman. Layaknya orang gila, selama perjalanan wali itu selalu berkata, “Eh… ternyata mondok itu menjadikan anak kita to be penggosop gesit dan handal lho…! Jangan sekali-kali mengenyamkan anak anda sekalian kedalam penjara suci”.

*****

Selang beberapa hari kemudian, banyak gambaran-gambaran jelek melontar kebenak para ustadz tak tertinggal juga kyai di pondok Sanni. Kabar tersebut mengakibatkan terjulangnya nama baik pondok. Karena sangking gemparnya kyai bergegas mengambil tindakan dan langsung mengumpulkan seluruh santri untuk diintrogasi dan dimintai keterangan akan adanya issue-issue menjulang tentang keadaan para santri yang to be penggosop-penggosop handal dimata masyarakat. Sesampainya dipertengahan pengintrogasian, kyai mengeluarkan kepeng (keputusan pengasuh):

“1. Seluruh santri yang ada dibawah naunganku saya tegaskan kembali bahwasannya: haram hukumnya nggosop ”. Bersamaan dengan itu Selatan ke Utara Santo menyeloteh keras, “walah… kalau begitu kita tidak bisa disebut dengan santri yang sempurna dong, jika ngga` nggosop”.

Tanpa banyak kata langsung deh kyai melanjutkan kepeng. ”2. Menggunakan sendal selen boleh dengan tanpa izin, asalkan belum ada yang nggrekso”. ”Itulah 2 kepeng yang harus dipatuhi dan didengarkan oleh semua santri”, tutur lurah ponpes.

Matahari mulai turun para santripun harus puas dengan semua kepeng yang telah terlontarkan dan mau ngga` mau harus mau sam`an wa to`atan terhadap 2 kepeng itu. Santri tak tahan akan keadaan yang ada sekarang, lalu rame-rame santri mengeluh sambil bertutur, ”wah-wah...!, santri zaman sekarang kok ngga` nggosop. Apa kata dunia?”.

THE END

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...